Tiba di rumah, Oriel segera mengambil pena dan kertas. Buru-buru Oriel mencari tempat yang nyaman, dimana ia bisa menulis dengan tenang.
”Oriel, mau kemana kamu?” tanya ibu ketika melihat Oriel tiba-tiba masuk rumah, dan langsung pergi lagi.
”Oriel mau menulis, bu,” teriak Oriel sambil terbang menjauh.
Ibu Oriel cuma menggeleng kepala melihat tingkat Oriel.
Demikian pula dengan Dariel. Setibanya di rumah, Dariel meminjam pena milik ibunya dan bergegas mencari kertas.
“Buat apa pena dan kertas itu, sayang?” tanya ibu Dariel.
“Dariel mau ikut lomba menulis, bu. Tadi waktu Dariel dan Oriel sedang berjalan-jalan, kita mendengar informasi dari peri berita, bawa ratu peri mengadakan lomba menulis dalam rangka kasih ibu. Nah, siapa yang bisa menulis cerita, dan membuat ratu peri menangis, pemenangnya akan diberi hadiah permata intan biru” Dariel menjelaskan dengan penuh semangat kepada ibundanya.
“Oo..begitu. Kalau kamu mau menulis, jangan karena hadiahnya. Tapi menulislah dengan hatimu. Karena dengan begitu, tulisanmu pun akan menjadi indah,” nasehat ibu, sambil membelai kepala Dariel.
”O.. gitu ya, bu? Kalau gitu Dariel berniat seperti yang ibu katakan tadi, bahwa Dariel akan menulis bukan karena hadiah, tapi Dariel menulis karena dorongan hati. Terima kasih ya, bu.” langsung Dariel memeluk ibundanya dan pamit hendak ke rumah Oriel.
”Oriel...! Oriel...!” Dariel memanggil-manggil di depan rumah Oriel.
Tak lama kemudian, pintu rumah Oriel terbuka, dan keluar ibu Oriel.
”Oriel tadi pergi, nak. Dia bilang dia mau menulis. Tapi ibu tidak tahu kemana dia pergi.” tutur ibu Oriel.
”Terima kasih, bu. Dariel tahu kemana Oriel pergi.” Dariel langsung pamit, dan bergegas menemui Oriel ke tempat taman rahasianya.
”Oriel, mau kemana kamu?” tanya ibu ketika melihat Oriel tiba-tiba masuk rumah, dan langsung pergi lagi.
”Oriel mau menulis, bu,” teriak Oriel sambil terbang menjauh.
Ibu Oriel cuma menggeleng kepala melihat tingkat Oriel.
Demikian pula dengan Dariel. Setibanya di rumah, Dariel meminjam pena milik ibunya dan bergegas mencari kertas.
“Buat apa pena dan kertas itu, sayang?” tanya ibu Dariel.
“Dariel mau ikut lomba menulis, bu. Tadi waktu Dariel dan Oriel sedang berjalan-jalan, kita mendengar informasi dari peri berita, bawa ratu peri mengadakan lomba menulis dalam rangka kasih ibu. Nah, siapa yang bisa menulis cerita, dan membuat ratu peri menangis, pemenangnya akan diberi hadiah permata intan biru” Dariel menjelaskan dengan penuh semangat kepada ibundanya.
“Oo..begitu. Kalau kamu mau menulis, jangan karena hadiahnya. Tapi menulislah dengan hatimu. Karena dengan begitu, tulisanmu pun akan menjadi indah,” nasehat ibu, sambil membelai kepala Dariel.
”O.. gitu ya, bu? Kalau gitu Dariel berniat seperti yang ibu katakan tadi, bahwa Dariel akan menulis bukan karena hadiah, tapi Dariel menulis karena dorongan hati. Terima kasih ya, bu.” langsung Dariel memeluk ibundanya dan pamit hendak ke rumah Oriel.
”Oriel...! Oriel...!” Dariel memanggil-manggil di depan rumah Oriel.
Tak lama kemudian, pintu rumah Oriel terbuka, dan keluar ibu Oriel.
”Oriel tadi pergi, nak. Dia bilang dia mau menulis. Tapi ibu tidak tahu kemana dia pergi.” tutur ibu Oriel.
”Terima kasih, bu. Dariel tahu kemana Oriel pergi.” Dariel langsung pamit, dan bergegas menemui Oriel ke tempat taman rahasianya.
Dari kejauhan, Dariel melihat Oriel tengah asik menulis. Tapi Dariel tidak ingin mengganggunya. Akhirnya Dariel batal menemui Oriel, dan ia pun kembali ke rumah.
Setelah beberapa hari berlalu,
”Dariel, aku sudah dapat 5 halaman untuk ikut lomba menulis.” kata Oriel ketika mereka bertemu.
”Wah.. hebat kamu, Riel,” puji Dariel.
”Kalau kamu sudah dapat berapa?” tanya Oriel.
”Aku ga ikutan lomba.” kata Dariel dengan tenang.
”Kok?! kenapa?” Wajah Oriel terlihat sedih.
”Ga apa-apa. Kamu jangan sedih gitu donk. Kata ibuku, aku seharusnya belajar menulis bukan karena hadiah, tapi karena hati. Jadi aku mencoba untuk mulai belajar menulis dari hati.” tutur Dariel sambil menenangkan sahabatnya.
”Trus aku gimana? aku menulis ingin dapat hadiah permata intan biru itu. Jadi aku salah?” kata Oriel sambil mengernyitkan dahinya.

0 komentar:
Posting Komentar