Pages

Senin, 23 November 2009

PERMATA INTAN BIRU 4

Oriel bersedih karena naskahnya tidak mengharukan. Dariel berusaha menghibur sahabatnya.
”Ga apa-apa kan, Riel? Kalau pun tidak menang, tapi kita sudah berusaha menulis dengan hati. Mungkin hati ratu peri masih keras untuk bisa menangis. Makanya ratu peri ingin sekali ada semacam ”air” yang bisa melembutkan hati ratu peri.”
”Ah..Dariel. Kata-katamu demikian bagus. aku jadi tidak punya kesempatan untuk bersedih,” kata Oriel sambil tersenyum.
Dariel pun senang melihat sahabatnya kembali tersenyum.

Tiba-tiba dalam keheningan itu, terdengar suara memanggil ratu peri.
”Ratu peri... ratu peri,” suara itu demikian lembut dan merdu.
Ratu peri mencari-cari asal suara itu. Dari balik kerumunan para peserta lomba, keluarlah sosok peri kecil yang kurus dan kumal.
“Ada apa, peri kecil?” tanya ratu peri dengan lembut, kemudian mendekati peri kecil itu.

Ratu peri memang terkenal dengan kasih sayang dan kelembutannya kepada seluruh masyarakat peri. Semua rakyat peri, tanpa kecuali, selalu merasakan kasih sayangnya.

“ngh…begini ratu peri, aku…aku..,” kata peri kecil itu dengan terbata-bata karena takut.
”Tidak usah takut, peri manis. Katakan kepada Ratu peri, apa yang membuatmu memanggil namaku.”
”aku...aku....sebenarnya juga ikut lomba menulis. Tapi kertas ku tidak masuk seleksi.”
”Kenapa begitu, dewan juri?” Ratu peri menoleh kepada dewan juri dan meminta penjelasan dari para dewan juri.
”Ratu peri, peri kecil ini tidak mengirimkan naskah. Dia cuma mengirimkan kertas putih saja. Jadi kita kembalikan kertas putih itu.” jelas dewan juri.
”Mengapa begitu, peri manis? seharusnya engkau mengirimkan naskah cerita. Apa engkau salah mengirimkannya?” tanya ratu peri lagi
”ngh..ngh...aku tidak salah mengirimkannya. aku sudah melakukan yang benar.” tutur si peri kecil.
”lalu kenapa engkau mengirimkan cuma sehelai kertas putih tanpa ada coretan diatasnya? Ratu peri tidak mengerti.”
”ngh...ngh...aku takut ratu peri. Kertas putih itu demikian putihnya, sehingga aku takut untuk menggoreskan tinta apapun diatasnya. Aku takut itu akan membuat kertas putih itu menjadi ternoda. Aku melihat sinar putih kertas itu sungguh berkilau. Seperti kasih sayang ibuku." terlihat air tergenang di mata si peri kecil. Ratu peri pun seperti menahan keharuannya. "Teruskan penjelasanmu, peri kecil," pinta Ratu peri. "Kasih sayang ibu kepadaku demikian putih dan bersih. Dia yang setiap saat membersihkan diriku, merawatku, memberiku makan yang baik. Setiap kasih sayangnya, berkilau indah di diriku. Kasih putih ibuku memancarkan cahaya terang untukku sehingga aku mampu melihat dunia ini dengan sinar putihnya.” Peri kecil itu bertutur dengan kalimat yang demikian indahnya.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright 2010 DUA BIDADARI CILIK. Powered by Blogger
Blogger Templates created by DeluxeTemplates.net
Wordpress by Wpthemescreator
Blogger Showcase